Rabu, 23 April 2014

Blusukan di Siak dan Kisah Pulang

Hari ketiga di Siak, kami diajak bu Hera Yulwita, Kepala KPA Kab Siak, mengunjungi salah satu perpustakaan desa di Perincit, kecamatan Pusako, Siak, Riau. Berasa blusukan, dengan mendatangi pelosok Siak:)

Di Perincit, telah menunggu anak-anak SDN Perincit dan masyarakat di balai desa. Yang menyegarkan, anak-anak itu berbaju pramuka yang warnanya masih cerah seperti baru. Kupikir mereka berusaha tampil sebaik mungkin menerima tamu.
Murid-murid SDN Perincit, Pusako, Siak, Riau.

Kami bersemangat karena senyum anak-anak dan guru-guru yang mendampingi. Beberapa kali bu Hera menekankan bahwa kami adalah tamu dari Jakarta, yang telah berkenan mampir ke desa mereka dan ingin menyebarkan semangat membaca. Haduh, ingin sembunyi di bawah tudung saji jadinya :D

Begitu saktikah kata "Jakarta" bagi anak-anak itu? Entahlah. Tapi aku sering bersirobok dengan anak-anak yang menatap kagum. Aku cuma bisa tersenyum yang membuat mereka menunduk malu. Kutekan semua kesombongan sebagai orang "Jakarta", karena memang kami tidak tinggal di ibukota.

Jumat, 18 April 2014

Di Siak Bersama Suka Cita

Istana Siak
Seperti biasa saat bepergian, pagi hari adalah acara jalan-jalan menikmati suasana baru. Biasanya yang dituju adalah pasar tradisional. Lalu sarapan di sana, ngobrol dengan masyarakat sekitar.
Pagi hari kedua pun kami rencanakan begitu. Acara di Kantor Perpustakaan Siak dimulai pukul 8. Masih ada waktu 2 jam untuk keluyuran sebentar.

Kami pun keluar hotel Grand Royal, berbelok ke kiri. Melewati SMK 1 Siak. Terus saja berjalan di jalan mulus mirip boulevard. Tapi dipikir-pikir jauh juga jika ditempuh dengan jalan kaki! Pasar yang dituju masih berupa titik nun jauh di sana!

Senin, 07 April 2014

Hari Pertama : Kabar dari Rumah

Di tepi Sungai Siak.
Sambil menikmati ikan patin bakar di Lapau Ajo, di kawasan Turap, kami berbincang dengan bu Hera Yulwita, Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip  Kabupaten Siak.

Aku mengenal beliau dari Widya, salah satu teman di twitter yang merupakan adik kandung bu Hera. Seharusnya Widya jadi moderator untuk acara Motivasi bersama mas Gong esok pagi. Tapi sayang, Widya ada tugas kuliah yang tidak dapat ditinggalkan di Pekanbaru.

Ternyata keduanya sama-sama semangat berdiskusi masalah literasi. Aku segera saja larut dalam perbincangan menarik dengan bu Hera. Sebagai putri kelahiran Siak, bu Hera ingin memajukan daerahnya melalui kegiatan di perpustakaan. Berbagai acara diadakan dengan merangkul banyak pihak agar masyarakat Siak dapat menikmati keberadaan KPA.

Kedatangan kami pun terkait acara Jambore Perpustakaan Desa se-kabupaten Siak. Selain itu, KPA setempat mengundang Kak Bimo, pendongeng asal Yogya yang sudah malang-melintang menyebarkan dakwah dalam dongeng. Senang sekali rasanya kami akan bertemu Kak Bimo keesokan hari.

Minggu, 06 April 2014

Siak yang Diam-diam Menggelegak

Di depan Masjid Syahabuddin, Siak.
Bentar, perjalanan ke Dubai diseling tulisan perjalanan ke Siak, Riau dulu ya!
Selasa (1/4) aku menemani mas Gong yang diundang Kantor Perpustakaan dan Arsip  (KPA) Kabupaten Siak. Ada acara Jambore Perpustakaan Desa se-Kabupaten Siak tanggal 2 April. Lalu kami juga memberi pelatihan menulis bagi anggota English Fans Club dan pembuatan alat peraga edukatif kepada guru PAUD dan TK.

Perjalanan ke Riau ini membuat dagdigdug sepanjang akhir Maret karena kondisi udara Riau yang terancam asap. Selain itu, kami akan meninggalkan anak-anak di rumah tanpa orang dewasa menemani.

Rabu, 02 April 2014

Olah Jiwa

Aku percaya segala sesuatu yang diciptakan Allah tak ada sia-sianya. Benda hidup, benda mati, semua punya arti. Keberadaan mereka, posisi tiap koordinat, pasti bermakna.

Kenapa ada di situ, kenapa ada di sana, itu sudah tersurat di Lauful Mahfuz. Takdir kita tersimpan di sana. Lantas, apakah kita hanya sekadar mengikuti ke mana dibawa?

Buatku tidak. Manusia diberi otak, hati dan raga. Itu harus digunakan sebaik-baiknya dalam hidup. Termasuk tenaga.

Tubuh kita, jiwa kita dan sekeliling memiliki tenaga yang bisa kita olah. Mau menjadi seperti apa pun hasilnya tergantung kita memerlakukan tenaga.

Seperti saat sedang di jalan, lalu mendapat kabar anak sakit, aku tidak ingin larut dalam perasaan sedih terlalu dalam. Langsung doa kuperbanyak, mengirim harapan dan pikiran positif ke rumah, menghibur dan memberi semangat positif pada anak-anak.

Berat sekali. Jarak jauh tak mungkin ditempuh raga secepat kilat. Tapi tenaga bisa. Aku sering memraktekkan telepati ke anggota keluarga. Tentu saja selalu minta bantuan-Nya. Alhamdulillah, biasanya pesan yang dibawa tenaga itu berhasil sampai.

Efektifkah? Manjurkah? Aku bilang iya. Mungkin tidak langsung sembuh, tapi pasti ada pengaruh baik yang timbul.

Satu lagi, orang-orang terdekat yang menjaga anak-anak, aku harus menyesuaikan "gelombang" yang sama, agar tenagaku tak tertolak.

Dan seharusnya, tanpa pretensi, kita harus memiliki hubungan baik pada siapa pun, kan? Dengan begitu, tenggang rasa dan waspada dapat berjalan selaras. Yang terjadi selanjutnya adalah kebaikan menyebar ke sekeliling. Begitu seterusnya.

Agak "mbuled" memang. Tapi aku menuliskan ini tidak dalam kondisi galau meski bungsu kami sedang sakit. Yang kubutuhkan saat ini adalah ketenangan berpikir dan bertindak, lalu mengirimkan tenaga positif beserta doa buat yang di rumah.

(Ditulis di Siak Sri Indrapura-Riau, ratusan kilometer dari rumahku di Serang-Banten)

@tiastatanka