Pagi hari, Jumat, 30 Juni 2017.
Bertempat di pendopo dalam Rumah Dunia, kami sarapan bersama. Menunya nasi uduk
dan lauk goreng. Sehari sebelumnya Odie sudah memesan 25 bungkus nasi uduk di
warrung Bi Sariyah, langganan kami.
“Biasanya Mamah yang pesan-pesan
begini,” cetus Odie saat saya minta tolong memesan nasi. “Jadi kalau ada yang
habis atau nggak ada, bisa ganti beli yang lain.”
Saya tersenyum, mengerti maksud anak
ketiga kami itu. “Iya, A. Tapi sekarang Mamah lagi sibuk-sibuknya packing.
Jadi, apa pun yang Aa bisa pesan untuk besok, silakan. Terserah Aa yang
memutuskan, kalau nggak ada ini ya pesan itu.”
Jadi introspeksi buat saya,
barangkali bagi orang lain saya tampak perfeksionis. Meski saya sendiri tidak
merasa begitu, tapi keraguan Odie melakukan permintaan saya telah membuat saya
seperti diperingatkan.
Astaghfirullah. Harus banyak
istighfar, mungkin selama ini tanpa sadar saya sudah menuntut terlalu banyak
dari anak-anak. Teringat saat saya memberi tugas dan mereka keberatan, saya
akan keukeuh tidak beranjak sampai mereka bersedia menjalankannya.