Jumat, 14 Maret 2014

Dari Anugerah Srikandi Blogger (5-habis)

Menyenangkan sekali bertemu dengan emak-emak hebring yang sukses ngeblog. Aku menikmatinya dari tempat dudukku sambil makan snack dan makan siang. Maklum, udah kelaparan sejak naik bus Serang-Jakarta :D

Di sampingku Jeng Wiek yang habis baca puisi-nya Ratih Sang. Tiap denger puisi Bila Ibu Boleh Memilih itu, mataku berkaca-kaca. Sederhana, tapi mengena buat emak-emak kayak aku. Hiks...

(Etapi puisi itu jangan dibacakan pas 9 April nanti ya! Sama sekali nggak cocok dan relevan.)

Di ruangan itu, di acara hebat itu aku dapat pelajaran penting:
1. Harus rajin ngeblog.
2. Harus rajin posting.
3. Harus rajin blogwalking.
Sebab para blogger tinggal di wilayah virtual. Rumah blogger ada di dunia maya yang bisa disinggahi kapan saja. Dan ternyata aku bertetangga dengan para emak dalam Kumpulan Emak-emak Blogger.

Kisah Pulang

Aku dan Anis bergerak dari Museum Nasional Indonesia dengan busway. Dasar baru pertama kali, aku banyak tanyan ke Anis. Juga be sekian banyak orang.

Begitu naik, aku mulai paham rute di stiker di dalam bus. Semula sudah dijelaskan Nurul Noe saat kami mau keluar gedung. Tapi berhubung belum mudheng, masih belum terbayanglah. Sekarang jadi ngeh, lalu "dhong" :)))

Kami harus turun Harmony, lalu ganti busway jurusan PGC, turun di Slipi Petamburan. Nyebrang jalan, ternyata masih nyambung kopaja 88 ke depan Slipi Jaya.

Sepatuku mulai bermasalah. Aku udah pengin nyerah dan beli sendal jepit aja. Tapi masa ya gak bisa bertahan? Be nice to me, shoes! Besok kupensiunkan deh!

Turun di Slipi Jaya, nunggu setengah jam baru deh dapat bus jurusan Merak. Merdeka rasanya. Gemah ripah loh jinawe!

Aku dapat tempat duduk deret 2, bersama ibu-ibu muda dengan anaknya seusia bungsuku. Anis duduk di depanku. Sebelahku deret 3 dengan cowok yang semua tidur. Maka bergeraklah bus dengan kecepatan melambai. Langit barat mulai menguning, berubah jingga, lalu oren. Aku menghabiskan waktu dengan membaca Next Station, kumcer traveling peserta Muhibah Budaya Rumah Dunia ke Malaysia+Singapura tahun lalu.

Saat langit barat merah, penumpangcowok sebelahku turun semua. Berganti lelaki 40tahunan yang duduknya menguasai lorong. Lututnya hampir mengenai kakiku yang sudah mepet di wilayah kursiku.

Saat bus direm, ternyata jadi modus untuk menyentuh kakiku. Dan wajahnya tak berdosa. Jadi tiap bus direm, aku geser kakiku ke kiri, ke wilayah dalam kursiku. Akan terlalu jauh lututnya buat ngejar :D hihihi

Ini bukan kejadian pertama memang. Dulu malah pernah langsung bereaksi untuk menegur langsung supaya lutut digeser, tapi si penumpang cowok malah seperti dendam. Mungkin malu ditegur di depan penumpang lain, jadi malah sengaja mengulang-ulang, membuatku jengah sepanjang perjalanan.

Jadi sekarang aku memilih aman. Lagi pula sendirian meski sama Anis. Tetap saja, bepergian dengan hubby lebih tenang dan aman. Saat itu jadi kangen dirimu, A :*

Ketika tempat duduk di depannya kosong, si mas itu pindah, jadi seberangan sama Anis! Aku jadi balik jagain Anis dong yah!

Eh si mas itu modus nengok kiri, ke arah Anis dan sebelahnya, cewek manis berkerudung. Whaini, bahan bagus buat referensi cerita :D

Aku perhatiin aja tingkah si mas yang duduknya juga agak serong kiri, lihat-lihat pemandangan di kaca kiri bus. Ujung-ujungnya melirik sebelahnya Anis. Hihihi. Mungkin mas itu pindah ke bekas kursi Anis dan punya kesempatan mengenal cewek manis dekat jendela kaca. Atau... Apalah. Apadeh.

Waktu mau turun di Serang Timur, aku minta Anis duluan, biar si mas gak macam-macam atau iseng sama Anis:D hihihi. Parno yah? Embeerr. Aku pernah nulis belum yah, kisah paranoidku waktu turun dari bus dikejar-kejar mas-mas pedagang? Hihihi nanti deh diceritain.

Akhirnya tamat juga postingan ini. Maaf kalau bikin dongkol karena panjang dan tak berarti. Hihihi. Dadaah!



@tiastatanka



+62-81906311007
"Rumah Dunia"
Komplek Hegar Alam 40 Serang 42118 - Banten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar