Minggu, 06 April 2014

Siak yang Diam-diam Menggelegak

Di depan Masjid Syahabuddin, Siak.
Bentar, perjalanan ke Dubai diseling tulisan perjalanan ke Siak, Riau dulu ya!
Selasa (1/4) aku menemani mas Gong yang diundang Kantor Perpustakaan dan Arsip  (KPA) Kabupaten Siak. Ada acara Jambore Perpustakaan Desa se-Kabupaten Siak tanggal 2 April. Lalu kami juga memberi pelatihan menulis bagi anggota English Fans Club dan pembuatan alat peraga edukatif kepada guru PAUD dan TK.

Perjalanan ke Riau ini membuat dagdigdug sepanjang akhir Maret karena kondisi udara Riau yang terancam asap. Selain itu, kami akan meninggalkan anak-anak di rumah tanpa orang dewasa menemani.

Ketika tiket sudah didapat, kami bersiap menghadapi segala kemungkinan. Apalagi ada kabar banyak penerbangan mengalami delay atau malah dibatalkan karena jarak pandang amat pendek.
Berdoa. Itu yang kami bisa. Jika perjalanan ini bermanfaat dan membawa keberkahan bagi banyak orang, semoga Allah mudahkan. Sementara kami menyiapkan fisik dan mental anak-anak.
Berhubung ibu mertua sudah sepuh, jadi tidak sanggup pindah sementara ke rumah kami. Alhasil anak-anaklah yang harus menyesuaikan diri tidur di rumah nenek. Untung mereka bersedia.

Aku lalu mengepak baju sesuai hari-hari sekolah, dan membungkusnya dengan koran. Bagi si bungsu yang terobsesi dengan fashion, komplen dan koreksi amat perlu. Ia tidak ingin mengenakan kerudung A dengan celana panjang B karena tidak cocok, jadi harus ditukar dengan pasangan lain:) Lalu ada hari-hari sekolah ia harus mengenakan rok panjang, itu juga warnanya harus sesuai. Benar-benar pengalaman mengasyikkan sebagai emak :D Begitu pula dengan kakaknya yang nomor tiga, karena laki-laki jadi pakaiannya simpel. Tapi amat perhatian dengan uang jajan, stok nugget, biskuit dan oleh-oleh :D

Seperti biasa saat kami hendak berangkat, anak-anak memasang wajah sedih. Tapi kami berusaha menularkan semangat dan optimisme. Tak ada tangis, karena bukan perpisahan. Hanya berangkat kerja, di tempat jauh.

Setelah mampir ke rumah ibu mertua tak jauh dari rumah, kami melaju menembus pagi. Titip anak-anak dan keluargaku, ya Allah...

Alhamdulillah, doa kami dikabulkan. Sejak mendarat di Sultan Syarif Kasim II (SSK II) aku gembira. Pekanbaru cerah ceria! Asap lenyap, awan bergulung indah. Siang itu langit biru membentang. Allahu Akbar!
Riau cerah ceria.


Kami dijemput mas Teddi dan mas Heru, staf KPA Siak. Ketika ditanya mau makan siang di mana, kami pilih di Siak saja. Ikan Patin bakar di tepi Sungai Siak yang didongengkan hubby amat menggodaku!

Dan melajulah mobil yang dikendarai mas Heru dengan kecepatan di atas 100 km/jam. Menyusuri jalanan hotmix, kanan kiri berupa kebun kelapa sawit. Sesekali laju mobil mencapai 140 km/jam. Fiuuh.. Aku banyak istighfar dalam hati :D Untunglah jalanan tak seramai di kota!

Tapi ternyata tak seluruh jalan mulus beraspal. Beberapa kilometer jalan tanah berkerikil. Debu menempel di pepohonan sepanjang jalan. Pemandangan kusam. Meski kenyataannya, itu lebih baik daripada sebulan lebih terkungkung asap.

Dua jam kemudian sampailah kami di Kabupaten Siak. Kami berhenti di depan masjid Syahabuddin (foto), dekat makam Sultan Syarif Kasim II, raja terakhir Kerajaan Siak.

Lapau Ajo, Turap, Siak.
Lalu perut keroncongan membuat kami melanjutkan ke Turap (nama ini merujuk pada dinding penahan tepi sungai agar tak longsor), kawasan kuliner Siak. Tak begitu panjang sih kawasan ini. Ada kursi-kursi taman di tepian, sementara warung-warung dipisahkan oleh jalan. Sedap nian! Sayangnya, cuma buka malam hari!

Akhirnya kami ke Lapau Ajo rumah makan yang menyediakan menu ikan bakar. Meski berada di sepanjang Turap, tapi tidak tersedia kursi makan di tepi sungai. Jadi kami lesehan saja di warung makan!

Di sana bu Hera Yulwita, Kepala KPA Kabupaten Siak menemui kami. Bukan main senangnya, bertemu dengan sesama penggerak literasi! Dari awal bertemu, bu Hera sudah memberi semangat buatku. Pasti tak ada berhentinya ide-ide dari seorang Hera Yulwita, dan ini terbukti selama kami berada di Siak.
Maka kutulis judul kisah ini seperti di atas. Siak yang tengah menggelegak.


@tiastatanka


















2 komentar:

  1. Waduh, nggak tau kalau Riau kedatangan tamu agung. Jadi nggak menyambut :)

    BalasHapus
  2. kalau tahu mak Lusi di deket situ aku mampir dulu, maaaak :*

    BalasHapus