Setelah
berdiskusi dengan suami perihal deskripsi Generasi Jaguar, gantian saya
presentasi di depan anak-anak. Termasuk memotivasi mereka untuk tampil bersama
kami. Meski hasilnya tidak mengubah sikap anak-anak yang menolak tampil, saya
tidak mempermasalahkan. Mereka harus tahu bahwa orang tuanya kompak, dan
berniat mengajak kepada hal-hal baik dan maju.
“Kalian punya potensi dan bakat.
Sayang jika tidak dikembangkan dan diasah. Toh sepanjang perjalanan nanti
kalian tampil di hadapan orang asing, yang kalian tidak kenal. Setelah tampil
pun mungkin nggak ketemu lagi. Jadi tidak ada alasan untuk malu,” kompor saya
berapi-api.
Tapi anak-anak tetap pada
pendiriannya. Semua memilih membantu di belakang layar. Baiklah, kami tak
memaksa.
Jadilah kami putuskan traveling
selama 30 hari sekaligus pelatihan menulis di beberapa kota sepanjang
Serang-Solo pulang-pergi. Anak-anak setuju dengan syarat berangkat setelah
lebaran. Kami mulai berbagi tugas. Suami menyusun agenda, menghubungi
teman-teman penggiat literasi dan kepenulisan, menawarkan pelatihan yang
dibutuhkan komunitas mereka, menyiapkan buku-buku yang hendak dijual. Saya
kebagian tugas menyiapkan mental anak-anak untuk bepergian bersama dalam waktu
lama. Juga memotivasi mereka untuk melakukan apa saja yang mereka sanggup untuk
kegiatan ini.