Rabu, 19 Maret 2014

Masa Golden Age yang (mungkin) Hilang

Hari ini (19/3) Persatuan Orangtua Murid dan Guru (POMG) Sekolah Peradaban Serang mengadakan seminar pengasuhan dalam rangkaian Peradaban Festival. Bertempat di aula RS Sari Asih Serang, seminar tersebut dihadiri lebih dari 200 orang.

Menghadirkan Munif Chatib, trainer dan penulis buku-buku best seller Sekolahnya Manusia, Gurunya Manusia dan Orangtuanya Manusia. Pak Munif juga merupakan salah satu tim yang menggodok kurikulum pendidikan nasional.

Menyimak pemaparan beliau, saya seperti ditampar berkali-kali. Permasalahan yang disinggung adalah golden age anak-anak. Mata saya nanar mengingat betapa golden age anak-anak kami tak seluruhnya terlewati dengan baik dan benar.

Ada banyak saat-saat hilang begitu saja karena kekurangtanggapan kami, khususnya saya. Ini bukan ilmu baru, ke mana kami selama ini? Tak ada waktukah untuk memburu informasi seluas-luasnya tentang pengasuhan anak?

Berdasar presentasi Munif Chatib, pondasi kuat kehidupan anak-anak seharusnya dibangun di masa 0-8 tahun sebanyak 80%. Selebihnya tersisa 20% hingga dewasa, saat mereka bertumbuh sendiri.

Saat menuliskan ini, saya sedang menunggui dua anak terkecil (9 dan 10 tahun) yang sedang mengikuti test kenaikan tingkat di sebuah kursus bahasa Inggris. Ini salah satu yang kami kejar dalam 80% yang telah anak-anak lewati. Terlambatkah kami? Mungkin tak sesempurna prosentase di atas, tapi kami akan mengejar ketertinggalan.

Untuk salah yang kami lakukan karena ada saat tidak tanggap kreativitas anak. Atau kesibukan yang menyita waktu hingga letih membuat kami memilih tidur daripada menanggapi cerita mereka. Hingga saat kami berdua bepergian karena pekerjaan dan meninggalkan anak-anak berhari-hari. Dan barangkali ada saat hati mereka menjadi sunyi. Maafkan kami, nak. Maafkan jika kalian merasa sendirian, bahkan saat kita berkumpul bersama.

Untuk mengembalikan masa kecil memang tak mungkin. Tapi selalu ada yang dapat dilakukan demi membayar kehilangan dengan perhatian, waktu, tenaga, materi dan doa yang berlipat-lipat. Jika tak dapat mengubah masa kecil, semoga usaha kami ini dapat melapangkan jalan kebaikan kalian menuju dewasa.

Kadang saya pikir, saat ini kami sedang mengisi masa keemasan sebagai orangtua. Semoga, kami tak pernah melewatkan golden age ini.

Serang, 19 Maret 2014

@tiastatanka



+62-81906311007
"Rumah Dunia"
Komplek Hegar Alam 40 Serang 42118 - Banten

Jumat, 14 Maret 2014

Dari Anugerah Srikandi Blogger (5-habis)

Menyenangkan sekali bertemu dengan emak-emak hebring yang sukses ngeblog. Aku menikmatinya dari tempat dudukku sambil makan snack dan makan siang. Maklum, udah kelaparan sejak naik bus Serang-Jakarta :D

Di sampingku Jeng Wiek yang habis baca puisi-nya Ratih Sang. Tiap denger puisi Bila Ibu Boleh Memilih itu, mataku berkaca-kaca. Sederhana, tapi mengena buat emak-emak kayak aku. Hiks...

(Etapi puisi itu jangan dibacakan pas 9 April nanti ya! Sama sekali nggak cocok dan relevan.)

Di ruangan itu, di acara hebat itu aku dapat pelajaran penting:
1. Harus rajin ngeblog.
2. Harus rajin posting.
3. Harus rajin blogwalking.
Sebab para blogger tinggal di wilayah virtual. Rumah blogger ada di dunia maya yang bisa disinggahi kapan saja. Dan ternyata aku bertetangga dengan para emak dalam Kumpulan Emak-emak Blogger.

Kisah Pulang

Aku dan Anis bergerak dari Museum Nasional Indonesia dengan busway. Dasar baru pertama kali, aku banyak tanyan ke Anis. Juga be sekian banyak orang.

Begitu naik, aku mulai paham rute di stiker di dalam bus. Semula sudah dijelaskan Nurul Noe saat kami mau keluar gedung. Tapi berhubung belum mudheng, masih belum terbayanglah. Sekarang jadi ngeh, lalu "dhong" :)))

Kami harus turun Harmony, lalu ganti busway jurusan PGC, turun di Slipi Petamburan. Nyebrang jalan, ternyata masih nyambung kopaja 88 ke depan Slipi Jaya.

Sepatuku mulai bermasalah. Aku udah pengin nyerah dan beli sendal jepit aja. Tapi masa ya gak bisa bertahan? Be nice to me, shoes! Besok kupensiunkan deh!

Turun di Slipi Jaya, nunggu setengah jam baru deh dapat bus jurusan Merak. Merdeka rasanya. Gemah ripah loh jinawe!

Aku dapat tempat duduk deret 2, bersama ibu-ibu muda dengan anaknya seusia bungsuku. Anis duduk di depanku. Sebelahku deret 3 dengan cowok yang semua tidur. Maka bergeraklah bus dengan kecepatan melambai. Langit barat mulai menguning, berubah jingga, lalu oren. Aku menghabiskan waktu dengan membaca Next Station, kumcer traveling peserta Muhibah Budaya Rumah Dunia ke Malaysia+Singapura tahun lalu.

Saat langit barat merah, penumpangcowok sebelahku turun semua. Berganti lelaki 40tahunan yang duduknya menguasai lorong. Lututnya hampir mengenai kakiku yang sudah mepet di wilayah kursiku.

Saat bus direm, ternyata jadi modus untuk menyentuh kakiku. Dan wajahnya tak berdosa. Jadi tiap bus direm, aku geser kakiku ke kiri, ke wilayah dalam kursiku. Akan terlalu jauh lututnya buat ngejar :D hihihi

Ini bukan kejadian pertama memang. Dulu malah pernah langsung bereaksi untuk menegur langsung supaya lutut digeser, tapi si penumpang cowok malah seperti dendam. Mungkin malu ditegur di depan penumpang lain, jadi malah sengaja mengulang-ulang, membuatku jengah sepanjang perjalanan.

Jadi sekarang aku memilih aman. Lagi pula sendirian meski sama Anis. Tetap saja, bepergian dengan hubby lebih tenang dan aman. Saat itu jadi kangen dirimu, A :*

Ketika tempat duduk di depannya kosong, si mas itu pindah, jadi seberangan sama Anis! Aku jadi balik jagain Anis dong yah!

Eh si mas itu modus nengok kiri, ke arah Anis dan sebelahnya, cewek manis berkerudung. Whaini, bahan bagus buat referensi cerita :D

Aku perhatiin aja tingkah si mas yang duduknya juga agak serong kiri, lihat-lihat pemandangan di kaca kiri bus. Ujung-ujungnya melirik sebelahnya Anis. Hihihi. Mungkin mas itu pindah ke bekas kursi Anis dan punya kesempatan mengenal cewek manis dekat jendela kaca. Atau... Apalah. Apadeh.

Waktu mau turun di Serang Timur, aku minta Anis duluan, biar si mas gak macam-macam atau iseng sama Anis:D hihihi. Parno yah? Embeerr. Aku pernah nulis belum yah, kisah paranoidku waktu turun dari bus dikejar-kejar mas-mas pedagang? Hihihi nanti deh diceritain.

Akhirnya tamat juga postingan ini. Maaf kalau bikin dongkol karena panjang dan tak berarti. Hihihi. Dadaah!



@tiastatanka



+62-81906311007
"Rumah Dunia"
Komplek Hegar Alam 40 Serang 42118 - Banten

Selasa, 11 Maret 2014

Dari Anugerah Srikandi Blogger 2014 (4)

Semangat Baru

Duduk di kursi deretan ketiga dari depan, aku mengobrol dengan Jeng Wiek. Lalu Indah Juli bergabung. Haya Alia Zaky yang jadi ketua panitia nimbrung, sempat nyeletuk soal cincinnya yang terus kufoto dan kusayembarakan di timeline twitter. Hihihi.

Mengobrol berempat, berasa di lingkup Penulis Bacaan Anak (PBA) :D Di suasana seperti inilah, aku belajar banyak hal. Semangat teman-teman untuk nulis dan ngeblog menyuntikkan energi bagiku. Thanks, moms!

Lalu muncul Fita Chakra! Wah, sayang gak sempat foto bareng penulis PBA karena Indjul dan Haya sudah sibuk kembali. Jadi cuma bertiga dengan Fita dan jeng Wiek.

Di acara itu kopdar juga sama Muktia Farid, dan aku baru nyadar lupa bawa oleh-oleh. Padahal di FB kami udah janjian mau tuker gudibeg :D

Ketemuan juga sama Nunung Yuni Anggraeni dan Murti Yuliastuti. Waaaw! Makasih banyak sudah menyapaku, maks!

Acara dibuka dengan sambutan Haya yang mengibaratkan KEB sebagai memanggang kue bolu. Lalu Haya menyelipkan pantun pulak. Untung jadinya bukan bolu pantun yang warnanya ijo.

Oh, itu bolu pandan yak! XD

Aku nggak akan tulis di sini peraih penghargaan Srikandi Blogger ini. Sudah banyak ditulis oleh emak-emak penjuru dunia. *lebay* Lagipula biar pada kepo :D

Maaf, harus bersambung, kantuk menyerang ;))
@tiastatanka
+62-81906311007
"Rumah Dunia"
Komplek Hegar Alam 40 Serang 42118 - Banten

Dari Anugerah Srikandi Blogger 2014 (3)

Ini postingan memang dibuat sepotong-sepotong, mengikuti irama waktu luangku. "Tulislah posting sedikit-sedikit, yang penting sering," mak Indah Juli menyarankan begitu sewaktu kami bertemu di acara Srikandi Blogger.

Yak, makanya aku mencoba lagi posting ini. Entah bakal jadi berapa paragraf. Makanya kalian jangan dongkol yah, karena tiap baca belum sampai ending jua XD

Selain mak Sary, aku juga ketemu mak Mira Sahid, Myra Anastasia, mak Nchie Hani dan banyaaak emak-emak lainnya. Sebenarnya karena aku tak pandai menghafal nama dan wajah, maka aku sulit menyebut satu persatu. Apalagi wajah mereka banyak berubah dibanding foto-foto di blognya. Berubah canteek maksudnya!

Finalis Ketche

Setelah beramah-tamah dengan beberapa blogger, Rika Koentjoro yang jauh-jauh dari Purworejo dan mba Monda (maaf jika salah tulis nama). Sesungguhnya aku masih ngeper menghadapi mereka yang ada di sekelilingku. Apalah blogku yang standar menurut Bella, sulungku. *nangis di pojokan*

Karena waktu masih lama jelang pembukaan, aku dan Anis jalan-jalan ke ruang VIP. Di sana 50 besar dan 10 finalis sedang dirias. Aku mau say hi ke Donna Imelda dan Nurul Noe.

Di luar ruang VIP, Donna duduk bersama beberapa finalis lain. Dengan tubuh masih sedikit lemah, mba Donna menyalami dan memelukku. Ah, senang melihatnya hadir di perhelatan ini.

Aku lalu kembali sok pede kenalan dengan Ida Laili dan Meti Mediya. Nggak banyak yang aku obrolkan, karena baru kenal, dan -kembali- ngeper kalau inget blog mereka :'(

Lalu aku masuk ruangan VIP. Celingukan sambil mengucap salam, aku mencari sosok yang kukenal. Beberapa perias dari Tim Sari Ayu, salah satu sponsor, memandangku yang amat redup karena minim asesori. Hihihi.

Haduh, aku lupa permisi mengganggu dua emak yang sedang berbincang. Aku colek lengan Indah Juli, yang lalu sekian detik tersenyum manis. Tapi setelah sadar mengenal mukaku, Indah jadi rada heboh, kasih peluk+cium. Aku agak takut dandanannya jadi rusak :D Indah lalu mengenalkan dengan finalis 10 besar, Indah juga namanya.

Indah Juli yang berdandan kece seperti tak percaya melihatku. Iya sih, aku jarang datang di acara-acara KEB atau kopdar yang lain. Apalagi kalau pada bikin acara lokasinya di Jakarta. Etapi mending ding, daripada di Timbuktu! Xixixi

Oh ya, aku trus menemui Nurul Noe yang tengah dirias. Mungkin dari tadi manggil-manggil, tapi aku masih sibuk peyuk-peyuk Indah Juli. *ge er*

Pangling lihat Nurul Noe dengan make up dan high heels. Sendal gunungnya mana, Noe :D hehehe. Eh kok aku sempat-sempatnya nanyain suaminya. Xixixi. Soalnya aku belum pernah ketemu, kupikir di acara ini dia bakal antar istrinya. Ternyata masnya Nurul lagi ada acara lain. Wah, sayang Noe, pasti suamimu pengen kayang lihat penampilanmu yang super kece! *ditimpuk*

(Boleh ya nyambung lagi..)
@tiastatanka
+62-81906311007
"Rumah Dunia"
Komplek Hegar Alam 40 Serang 42118 - Banten

Dari Anugerah Srikandi Blogger 2014 (2)

Ketemu Virtual Friend

Sejak menikah aku jarang kelayapan sendiri, biasanya diantar hubby atau travel agent. Bahkan untuk jarak Serang-Jakarta, ijin pergi sendirian tidak serta-merta keluar begitu saja. Harus jelas ke mana, untuk apa, jam berapa, kenapa ke sana, ketemu siapa, sama siapa, naik apa, dll.

Sebal? Nggak dong. Lha iya laaah. Aku malah resah kalau nggak ditanya-tanya :D Itu bentuk perhatian dan tanggung jawab hubby padaku. *sisiran + tebelin gincu*

Aku dan Anis naik bus jurusan Kampung Rambutan. Turun di Kebon Jeruk, naik taksi ke lokasi acara. Sengaja memilih taksi, menghindari risiko telat hadir.

Ongkos bus 20ribu perorang. Naik taksi 40ribu. Nggak takut nyasar karena sudah digambarin rute sama hubby. Plus GPS di gadget. Merdeka!

Akhirnya sampai juga di Museum Gajah. Di lobby ketemu Jeng Wylvera Windayana yang sudah berkostum resmi. Bandingkan denganku yang berkostum biru batik Baduy dan sepatu fantovel. Juga tas selempang Eiger dan kaus kaki bunga-bunga. Hih. Gagal berkostum resmi :(

Soalnya aku kan naik turun bus, jadi mikir berkali-kali kalau harus pakai high heels. Etapi untung itu pakai fantovel, semula mau pakai sneakers :))) haghaghag

Di ruangan dalam, sebelum eskalator turun, ketemu sama emak-emak imut. Jeng Wiek (begitu aku memanggil Wylvera) menyapanya. Aku sok akrab sambil bertanya ragu, apakah benar dia Sary Melati.

Dia berteriak senang ketika tahu aku adalah Tias Tatanka, dan langsung memberikan peluk hangat, yang sudah dijanjikan di komen FB. *halah* Coba yah, aku ngakunya bukan Tias, masih dapet pelukan apa malah keplakan:))

Begitulah, ketemuan sama emak-emak para blogger sejati dan semi sejati. Bukan yang dhatnyeng kayak eike.

(Bersambung lagi yah!) XD
@tiastatanka
+62-81906311007
"Rumah Dunia"
Komplek Hegar Alam 40 Serang 42118 - Banten

Dari Anugerah Srikandi Blogger 2014 (1)

Bus Jakarta-Merak melaju dengan malas ke barat. Aku dan Anis Sofia berhasil naik bus setelah menunggu hampir setengah jam di Slipi Jaya.

Aku melirik bergantian antara warna merah kursi dan matahari dengan warna sama di ufuk barat. Pertanda apakah? Ah, mungkin kebetulan saja. Tapi aku yang terbiasa memikirkan tanda-tanda sekeliling tak bisa menganggap kebetulan begitu saja. Paling tidak tinggalkan tanda dengan zikir.

Dikira Anakku

Pikiranku berlompatan mengingat perhelatan akbar yang baru saja kudatangi bersama Anis : Penganugerahan Srikandi Blogger 2014. Acara ini diadakan oleh Kumpulan Emak-emak Blogger di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

Sejak pintu masuk ruangan, Haya Alia Zaky yang di mataku selalu mirip artis Mona Ratuliu, menyambut dengan cipika-cipiki. Lalu mengira Anis adalah Bella, anak sulungku. Hihihi

Di ruangan, ada lagi yang mengira begitu, dengan alasan Anis mirip aku. Xixixi. Aku mengenalkan Anis sebagai relawan Rumah Dunia, yang belakangan dituliskan dengan istimewa di blog miliknya.

(Bersambung)
@tiastatanka
+62-81906311007
"Rumah Dunia"
Komplek Hegar Alam 40 Serang 42118 - Banten