Selasa, 20 Januari 2015

BALI SENDIRI 4 (Tamat)



Maaf bagi yang menanti kelanjutan episode Bali Sendiri^^ Baiklah, kita tamatkan saja seri ini di bagian keempat ^^

Patung Wisnu
 Dari Bukit Sari agrotourism kami bergerak ke Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park yang berada di jalan Raya Uluwatu, Ungasan, Kuta Selatan. Jika dilihat di maketnya, patung Wisnu tengah mengendarai Burung Garuda ini bakal jadi ikon Bali sekaligus membawa nama Indonesia lebih melambung. Sayang, proyek prestisius ini tertunda. GWK ini adalah mahakarya I Nyoman Nuarta, seorang seniman patung terkenal Indonesia. Karya lain beliau adalah Monuman Jalesveva Jayamahe di Surabaya.


Garuda
Yang bisa kita saksikan di GWK adalah Patung Dewa Wisnu dan kepala Garuda. Patung Wisnu pun belum terpasang kedua tangannya, masih dalam proses pengerjaan di area dekat Tirtha Agung. Sedangkan Garuda pun baru kepalanya saja, masih kurang kaki, sayap dan ekor yang mengembang. Jadi baru sebagian kecil yang telah jadi.

Meskipun yang kita kunjungi di GWK adalah sebagian kecil dari rencana pembuatan patung raksasa, itu pun merupakan kesenangan tersendiri karena kita bisa melihat salah satu karya anak bangsa. Di samping itu kita bisa menyaksikan pertunjukan tari kecak di amphitheatre pada pukul 18.00-18.45 wita. Setiap sejam sekali ada pertunjukan tari bali selama 30 menit di tempat yang sama. Harga tiket masuk Rp 50.000,- per orang. Jangan khawatir kelaparan, karena di dalam GWK ada resto dengan menu All You Can Eat.

Anjungan Expo Sumatera Barat
Sayangnya kami tak sempat menonton tari kecak karena harus segera kembali ke Grand Inna Hotel di tepi pantai Kuta. Malam itu acara penutupan acara yang kuikuti, jadi semua peserta harus hadir. Tapi setelah penutupan, aku sama bu Lidia, salah satu peserta yang juga roommate-ku, jalan-jalan lagi mengunjungi Expo Sumatera Barat. Expo ini diadakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Barat. Kebetulan sewaktu pembukaan acara, kepala dinasnya satu meja dengan kami. Beliau mengundang kami untuk mengunjungi pameran yang diselenggarakan tidak jauh dari hotel tempat kami menginap.

Kami keliling stand-stand di area expo, dan menikmati alunan musik khas Minang yang energik. Sempat juga berfoto ria di stand yang menyediakan panggung pengantin dengan hiasan meriah. Dari expo Sumatera Barat, kami menuju Bliss Surfer Hotel, untuk bertemu dengan Martin dan Vina. Pasangan suami istri ini teman baik kami, yang pernah support trip kami di Bali. 

Duo orang keren ini pemilik Melali Trip Organizer, yang menyediakan tiket dan tour Bali dan sekitarnya. Kalau susah dapat tiket, biasanya kami booking ke mereka via  situs www.hargahotel.com. Konfirmasi kesediaan tiket segera didapat via SMS atau chat, dan aku tinggal pilih di jam berapa dengan biaya yang sesuai dengan kantongku.

Dan ada yang lucu di pertemuan itu. Marvin yang orang Batak segera nyambung sama bu Lidia yang dari Samosir. Hadeeh… rada roaming dengar percakapan mereka. Hahaha… Tapi suka dengar logat e taling antar keduanya. Ternyata marga Marvin dan bu Lidia terhubung di nenek moyang tingkat ke sekian di atas mereka. Sudahlah, mereka jadi senang bisa kenal. Wah, kebetulan yang menyenangkan!

Kesempatan ketemu pemilik perusahaan tur ini kugunakan untuk minta saran itinerary besok pagi. Mengingat bu Lidia harus mengejar pesawat pukul 13.00 dan pesawatku pukul 17.00 wita, Marvin menyarankan rute: Tanah Lot – bandara – Pantai Pandawa – bandara. Kebetulan ada satu lagi teman yang jadwal pulangnya malam hari, jadi bisa ikut serta trip esok. Oke, akhirnya kami setuju. Marvin yang mengurus mobil dan supir. Tiket masuk dan parkir kami tanggung sendiri. Baiklah. Malam itu kami packing karena besok pagi sekalian cek out dari hotel. 

Tanah Lot
Esoknya, bertiga aku, bu Lidia, bu Hartien dijemput mas Erik, sopir yang direkomendasikan Marvin. Kami menuju Tanah Lot. Tiket masuk Rp 10.000,-. 

Udara sejuk dan air yang surut mengantar kami menyeberang ke pintu masuk pura. Sayang cuma diperkenankan sampai ke pintu gerbang pura, jadi foto-foto saja di sana.

Ular Suci
Lalu menyempatkan diri ke gua ular. Lihat ular yang dipegangi pawangnya, dan mulut guanya yang kecil. Supaya bisa melihatnya, pawang menggunakan lampur senter. Pawang lalu menyilakan pengunjung untuk minta doa dari ular itu. Aku sih iya-iyakan aja. Oh ya untuk masuk gua ular ini dipungut seikhlasnya.

Dari gua ular, kami bergegas menuju bandara. Tapi yah udah fitrah emak-emak kali, ada aja yang kurang. Bu Lidia masih belum dapat oleh-oleh buat anak-anaknya. Lah, padahal udah beli oleh-oleh buat teman-teman kerjanya. Hihihi… Yasud, kita antar ke Agung di kawasan Sunset Road, Kuta. 

Tadinya sih, aku bertekad bertahan tidak beli apa pun. Tapi akhirnya tergiur juga lihat beragam alat music dalam ukuran kecil. Kendang goyang, kecek bintang, petir, drum, karimbal painting dan slipon besi pun akhirnya masuk keranjang belanja. Eh satu lagi, bumerang kecil. Tadinya sempat mikir juga, buat apa coba barang-barang itu? Tapi ternyata bermanfaat, lho! Dipakai hubby di pertunjukan puisinya! Akhirnyaa… berguna juga, kan!

Kelar belanja kami makan dulu. Cari makanan yang aman, akhirnya mampir di rumah makan padang. Bosan juga makanan hotel, jadi berasa kangen masakan rumah. Huhuhu… Jadi kangen juga sama orang rumah. Baru nyadar lagi, aku ke Bali tuh sendirian. Rasanya hampaaa…

Patung Hanoman di bukit kapur
Pintu masuk Pantai Pandawa
Setelah mengantar bu Lidia ke bandara Ngurah Rai, aku dan bu Hartien ke Pantai Pandawa di Desa Kutuh. Siang-siang, bo! Tapi nggak apa-apa. Karena begitu mendekati kawasan pantai, pemandangan bukit kapur di kanan-kiri membuatku berasa di mana, gitu. Jalanan mulus, membelah bukit, dan di kelokan terakhir langsung terbentang pantai dan laut biru. Subhanallah! Nikmat-Mu tak dapat kudustakan, ya Allah!

Oh ya, sebelum masuk pantai, di dinding-dinding kapur itu ada  beberapa patung yang disimpan di ceruk dinding. Ada patung Hanoman, Dewi Kunti, dan si kembar Nakula-Sadewa. Beberapa mobil berhenti dan penumpangnya bersiap narsis dan selfie. Hihihi.

Aku dan bu Hartien bengong aja ketika beli tiket. Dua ribu doang, meeen! Aku berharap semoga pantainya bersih, aman dan nyaman. Kayaknya susah berharap dengan harga segitu. Mana pengunjungnya banyak sekali. Dilihat plat mobil dan bus, kebanyakan dari Jawa Tengah. Eh, kampung akuh, dong!

Tapi ternyata dugaanku salah. Salah besar malah. Pantainya indah, ombaknya nggak besar dan tersedia kursi malas berpayung! Amboooi… Ogut udah pengin berbaring dan tidur sejenak! Akhirnya sewa dua kursi, satunya Rp 25.000,-. Dan sukses untuk nyantai! Oh pantai dua rebu! 

Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Bali
Sambil duduk santai aku ngobrol sama bu Hartien. Di laut biru sana, beberapa turis domestic mengayuh kano. Kalau nggak dikejar pulang sih, aku mau juga nyobain naik kano. Tapi bajuku tinggal yang melekat di badan. Males mikirin kalau harus ganti baju. Yaudah, kami mengobrol saja. Dan ternyata, aku baru tahu kalau bu Hartien itu mantan atlet nasional dayung dari salah satu propinsi di Sulawesi sana. Sekarang beliau jadi pelatih.

Wah, sudah saja kutanya-tanya pengalamannya jadi atlet, makin seru obrolan kami! Nggak terasa lagi panas matahari dan silau pasir pantai juga bising turis domestic berbahasa Jawa yang lalu-lalang.  Kemudian terlihat rame-rame di arah kiriku. 

Serombongan bapak-bapak entah dari mana tampak berfoto dengan beberapa turis wanita bule berbikini yang lagi santai di kursi malas. Awalnya sih cuma satu dua bapak-bapak berfoto, tapi trus nambah banyak, dan ada yang sengaja merangkul mbak turis. Dan itu memberi ide bapak-bapak lain untuk rangkul-merangkul. Bukan itu aja, mereka juga sorak-sorak bergembira. Aku kasihan sama mbak turis, dia tak berdaya menolak.  

Aku ngomel-ngomel, apa nggak inget istri, para bapak itu! Bu Hartien ikut berkomentar. Kami jadi memantau situasi dari jauh. *halah* 

Setelah rombongan bapak-bapak norak dan ganjen itu pergi, keadaan tidak menjadi lengang. Giliran serombongan remaja pria yang tergabung dalam sebuah tur menggantikan posisi bapak-bapak itu. Anak-anak cilik itu minta foto, merangkul, dan banyak lagi yang berdiri di deretan yang bertugas memotret. Tapi kerjaan anak-anak itu menatap lekat-lekat ke tubuh turis bule itu. Duarrr! Aku jadi gelisah. Bu Hartien juga uring-uringan. Nggak ada petugas yang melarang atau membubarkan keributan itu. 

Dan parahnya, anggota rombongan lain pada gabung! Aku udah kesal melihatnya. Kepada tiga anak yang berjalan mendekati kerrumunan, aku bilang supaya menyuruh teman-temannya bubar. Kasihan turisnya. Anak itu memang sempat mengingatkan teman-temannya, tapi apa daya, ia lalu juga tertarik untuk menonton! 

Beberapa turis wanita yang berbikini  pindah tempat, ada yang memilihi berenang agar terhindar dari rombongan itu. Tapi nyebur ke laut pun masih ada juga bapak-bapak yang dekat-dekat.

Aku lalu mendekati petugas yang menyewakan kursi malas, minta tolong mereka untuk membubarkan rombongan remaja yang merubung turis-turis bule dan memandang lekat-lekat seolah gambar porno. Tapi kata petugas, itu tugas yang menyewakan kursi. Dan bukan bagiannya. Huh! Aku balik ke kursi.

Ketika melihat petugas penyelamat pantai (jadi inget Baywatch, deh!) aku bilang bubarkan kerumunan itu! Kasihan turisnya, kasihan juga anak-anak remaja itu! Petugas itu memang sedang jalan menuju kerumunan. Dan untunglah, kerumunan itu segera buyar. Fiuuh! 

Ketika beberapa remaja anggota rombongan melintas, kutanya mereka. Ternyata mereka berasal dari Boyolali (wedeeeh…dekat kampungku, dong!), datang dengand 4 bus besar, membayar Rp 800.000,- per siswa untuk bisa berwisata ke Bali selama tiga hari dua malam. Mereka dikoordinir salah satu EO yang namanya disablon di tiap tas selempang yang dipakai setiap rombongan. Nanti kalau pulang kampung dan dengar nama EO ini, aku bakal ceritakan kejadian di Pantai Pandawa. Kalau dengar, kalau ada kemungkinan untuk itu. 

Begitulah. Di tiap tempat, selalu adaaa aja ceritanya. Buatku, tiap perjalanan adalah pelajaran. Dan pelajaran yang paling bagus adalah ketika jalan rame-rame sekeluarga. Huhuhu… Kangen lagi sama orang serumaaaah! Miss ya, guys! 

Untunglah pesawat lancar, nggak delay. Pukul sembilan malam sudah tiba di rumah, di Serang. Disambut dengan pelukan hubby dan anak-anak. Aku menyelinap sebentar ke kamar, sujud syukur diberi selamat. Alhamdulillah, ya Allah…


2 komentar:

  1. Enak banget udah liburan trus pulangnya selamat :)

    BalasHapus
  2. yeey semua juga penginnya pulang dengan selamat :-D hahaha... selamat ya, 2x dapat nominasi LA^^

    BalasHapus