BERPISAH
13
Mengejar
fajar menggelegar debar
Jika mampu, aku memilih memulai
perjalanan saat fajar. Agar lama memiliki waktu merekam jejak matahari. Juga
tak perlu berlama-lama menunggu waktu melangkah tiba.
Berpamitan menjadi saat berat.
Sepertinya kakiku ditanam dalam tanah. Berurat, berakar.
Seharusnya pelukan mengalunkan irama
jantung. Perlahan mencerabut beban. Tapi ia hanya memiliki debar bertalu-talu
menghantamku bimbang.
Aku tak pernah menyukai perpisahan. Tapi
apa harus kulakukan jika mundur begitu saja? Pasti akan jadi bisul yang tak
pecah-pecah. Dan perempuanku pun tak akan suka. Baginya, langkah kebaikan yang
sudah ditetapkan niat dan persiapannya, tak boleh dihentikan. Ia menitipkan
percaya dalam debar jantungku.
*
14
Butuh
percaya untuk memulai langkah
Bukan sia-sia Tuhan menciptakan rasa
percaya. Perekat dua pribadi berbeda, penawar endemi curiga.
Saat merasa cocok, sepasang manusia
mengatasnamakan sehati-sejiwa. Tapi kadang cemburu mengacak tatanan bunga di
taman hati. Siapa di antara dua manusia itu dapat menolak? Tuhan menghadiahi
cemburu karena mereka mengaku saling memiliki. Sekaligus memberi jarak untuk
sendiri, walau tak sampai benci. Kepercayaan bukan harga mati. Tapi kadang tak
bisa ditawar-tawar.
*
15
Makhluk
ajaib adalah kamu
peta
tak bertepi.
Ajaibnya lidah, hati dan otak. Tanpa
tulang keras. Tapi mampu menghunus, menusuk dan menebas jaring yang menghadang.
Seperti aku dan perempuanku. Kami meliuk
di antara akar-akar sang waktu memilin pagi dan senja. Sering tanpa harus
memahami langkah. Alasan yang sama, sebab percaya hingga sumsum tulang dan
merah darah.
Aku memercayakan hatiku, tanpa pernah
bertanya. Begitu pun langkah, terpatahkan kata-katanya, yang tak terduga. Barangkali
ada banyak tusukan yang membuat kami terluka. Tapi ada banyak obat penawar yang
berhasil kami racik.
Pada hening di bawah langit gelap, kami
melihat seberapa dalam luka.
*
16
Takut
adalah saat memutuskan tanpa dapat bertanya
"Tahukah kau rahasia kecil yang
kusimpan sia-sia? Sebab tak pernah jadi rahasia di depanmu," tanyaku suatu
kali. Perempuanku menggeleng dalam heran.
Andai ia tahu...
Berjalan sendiri memang melegakan. Saat
awan memayungi, alangkah ringan langkah! Pun gerimis yang merintangi jalan,
kutepuk lembut berkecipak. Gelap yang menyambut tidak menyurutkan langkah.
Tapi tersadar sendirian saat memutuskan,
itu yang kutakutkan. Tak dapat segera bertanya pendapatnya. Atau melihat
langsung senyum dan kerut keningnya.
Lalu perempuanku akan berkata setelah
aku berkisah, "Kau punya Yang Dapat Kautanya, jauh lebih siap dibanding
aku."
*
17
Silakan
buat jejak sendiri
cukup
buatkan tanda
agar
dapat kuikuti.
Setiap kekasih selalu ingin berdekatan.
Agar tercukupi seluruh rasa. Tapi peristiwa-peristiwa kadang menjauhkan. Bahkan
dalam jarak lama.
Beruntunglah aku memilikinya, tak sulit
juga tak mudah mendapat persetujuan. Syarat cuma satu: memberi jejak.
Itu pun tak mudah. Ia sangat tahu. Tapi
aku berusaha memenuhinya. Bukan agar ia selalu mengiyakan peta. Semata agar
tenang perjalanan dan penantian. Sebab setiap kekasih selalu ingin berdekatan,
meski sekadar kabar.
*
:) manis
BalasHapusAaaakk.. makasih mba :D *tutupan tudung saji*
BalasHapusindah sekali, sekaligus mengarukan :)
BalasHapus